Komposer Berbakat

MENYEBUT nama Gardika GigihPradipta di kota kelahirannya Sragen , Orang tidak begitu mengenalnya. Tapi siapa menyangka jika alumnus ISI Yogyakarta 2013 yang mengambil S-2 Anthropologi Budaya di UGM lulus 2015 itu adalah composer berbakat . Keahliannya menciptakan lagu dan menggarap music untuk film. “Sebagai composer pencipta music untuk film, saya sering bekerja di belakang layar. Orang mengenal saya setelah mengetahui karya saya,” tutur Gardika yang penyuka ikan pepes dan udang itu. Dia menggarap music untuk film Rumah karya sutradara Yosef AnggiNoendanmengisi music untuk film Lernantun karya sutradara Wregas Bhanuteja Awal Februari 2017, dia meluncurkan album Kereta Senja. Lelaki kelahiran Sragen, 5 Agustus 1990, itu menghabiskan masa sekolah di SD dan SMP di Sragen .Namun setamat SMP, dia beraktivitas di Yogyakarta. Dia sekolah di SMA De Brito dan kuliah di ISI Yogyakarta mengambil Jurusan Komposisi Musik dan menempuh S-2 di Anthropologi Budaya UGM Yogyakarta. Selain menciptakan music, Gigih panggilan akrabnya ,jugamenjadi dosen di ISI Yogyakarta serta dosen tamu di Universitas Universal di Batam, Riau. Tampil di Singapura            Karya musicnya pernah ditampilkan di National University of Singapura .Gigih yang menggeluti pendidikan music klasik barat dan music kontemporer itu bercita – cita ingin menjadi komponis yang mendunia. Di rumahnya di barat Pintu Perlintasan KA Gambiran atau Gambiran RT 01 RW 05, Sine, Sragen, tersimpan buku tentang Beethoven dan J Sebastian Bach. Lelaki pendiam yang menyukai warna cokelat itu sangat berkesan saat dinobatkan menjadi salah satu pemenang Telkomsel Award 2016. “Penghargaan itu untuk pemberdayaan dan kemajuan masyarakat, “tuturnya. Gigih juga pernah membuat Ring Tone Project. Gigih kaget dinyatakan masuk pemenang 16 besar. Karena dia merasa tidak mendaftar untuk mengikuti lomba itu. Ternyata panitia melakukan penilaian terhadap sekitar 70 orang yang pernah ditulissi sebuah harian di ibukota . Salah satu pemenangnya di bidang music itu adalah Gigih. (Anindito AN-60). Suara Merdeka 17 April 2017